Komisi I Dorong Kerja Sama Strategis Indonesia-Korsel

11-12-2019 / KOMISI I
Ketua Komisi I DPR RI Meutya Viada Hafid, usai menerima courtesy call atau kunjungan kehormatan dari Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Chang-Beom Kim. Foto : Naefuroji/mr

 

Korea Selatan dianggap selayaknya sahabat regional bagi Indonesia, mengingat sudah adanya kedekatan secara people to people, baik dari sosial dan budaya. Hal inilah yang disampaikan Ketua Komisi I DPR RI Meutya Viada Hafid, usai menerima courtesy call atau kunjungan kehormatan dari Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Chang-Beom Kim.

 

“Tapi di balik friendly relationship antara Korea Selatan dengan Indonesia, tentu kita juga ingin ada hal-hal strategis. Jadi kerja samanya tidak hanya people to people, tetapi juga government to government atau parliament to parliament bisa meningkatkan hubungan yang lebih strategis,” ungkap Meutya usai pertemuan di Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (11/12/2019).

 

Terkait dengan lingkup kerja Komisi I DPR RI, politisi Partai Golkar ini mengatakan, kooperasi yang cukup besar diantaranya mengenai pertahanan atau defense cooperation. Pertemuan ini juga dihadiri oleh Menteri Pertahanan Korsel. “Kita harapkan kedatangannya untuk bertemu counterpartnya juga bisa membuahkan kerja sama yang lebih baik,” ungkap legislator dapil Sumatera Utara I ini.

 

Kerja sama Korsel-Indonesia pada militer yaitu pembelian kapal selam dan pesawat jet tempur KFX. Meutya berharap kunjungan ini bisa menyelesaikan misi renegosiasi proyek pesawat KFX yang sudah berjalan cukup lama. “(Pesawat tempur) KF-X ini regenosiasinya sempat berjalan cukup lama. Mudah-mudahan pertemuan antara kedua Menhan,  renegosiasi KF-X bisa selesai, sehingga bisa melangkah ke fase-fase kerja sama berikutnya,” imbuhnya.

 

Sebagai informasi, Pemerintah Indonesia telah membayar senilai 118 juta dollar AS pada Desember tahun lalu, kepada pihak Korsel sebagai iuran 2016 untuk pengembangan program pesawat tempur KF-X. Pertengahan tahun ini, pemerintah juga sempat mengajukan pengurangan porsi keterlibatan dalam proyek tersebut, dari 20 persen menjadi 15 persen, sesuai dengan kebijakan Menteri Keuangan.

 

Terkait proyek kerja sama pembuatan kapal selam tahap II, Korsel-Indonesia menggunakan skema transfer of technology yang melibatkan BUMN PT PAL dan Daewoo Shipbuilding and Marie Engineering. Kapal selam hasil kerja sama PAL dan Daewoo inilah yang nantika akan menjadi KRI Alugoro-405. (alw/sf)

BERITA TERKAIT
Indonesia Masuk BRICS, Budi Djiwandono: Wujud Sejati Politik Bebas Aktif
09-01-2025 / KOMISI I
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi I DPR RI Budisatrio Djiwandono menyambut baik masuknya Indonesia sebagai anggota BRICS. Budi juga...
Habib Idrus: Indonesia dan BRICS, Peluang Strategis untuk Posisi Global yang Lebih Kuat
09-01-2025 / KOMISI I
PARLEMENTARIA, Jakarta - Keanggotaan penuh Indonesia dalam aliansi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) menjadi isu strategis yang...
Amelia Anggraini Dorong Evaluasi Penggunaan Senjata Api oleh Anggota TNI
08-01-2025 / KOMISI I
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi I DPR RI Amelia Anggraini mendorong evaluasi menyeluruh penggunaan senjata api (senpi) di lingkungan TNI....
Oleh Soleh Apresiasi Gerak Cepat Danpuspolmal Soal Penetapan Tersangka Pembunuhan Bos Rental
08-01-2025 / KOMISI I
PARLEMENTARIA, Jakarta - Tiga anggotaTNI Angkatan Laut (AL) diduga terlibat dalampenembakan bos rental mobil berinisial IAR di Rest Area KM...